Wednesday, October 14, 2015

Outing Ke Dufan


Selain gajian, waktu yang ditunggu-tunggu gue dan teman-teman yang lain kantor adalah kegiatan outing. Umumnya, kegiatan ini diadakan satu tahun sekali. Tujuan dari outing ini adalah untuk melepaskan stres dari pekerjaan yang bergumul dengan kita sehari-hari.

Beberapa waktu yang lalu, biar sama kaya perusahaan-perusahaan lainnya, kantor gue melaksanakan kegiatan outing ke Dufan. Emang sih, agak janggal, cuma mau gimana lagi. Kenapa gue bilang janggal, karena biasanya kantor-kantor lain outing pada piknik ke pantai, luar kota, bahkan luar negeri, lah ini malah ke Dufan. Tapi gak apa, yang penting kan maksud dari kegiatan ini untuk melepas beban dari pekerjaan serta menjalin kedekatan antar karyawan, dan yang paling penting adalah, ini gratisan! Hahaha.

Pada hari H, kita semua kumpul di kantor jam 8 pagi. Setelah melakukan prepare segala macem, kita jalan jam 10. Karena malemnya kurang tidur, selama perjalanan gue cuma bisa tidur aja di mobil. Pas kebangun, tau-tau udah di parkiran.

Turun dari mobil pada heboh persis kaya anak SD lagi study tour. Ada yang nyanyi-nyanyi, ada yang poto-poto, ada yang langsung bikin sajak; “Pada titik keramaian aku bersaksi, kesunyian ini masih saja menggerogoti relung hati yang tak kunjung terisi.”

Setelah semuanya siap, akhirnya kita masuk ke dalam buat ngurus administrasi. Kemudian mulai terdengar sayup-sayup jingle Dufan, “Tetet tet tet tet tetet tet tet~~”

Baru masuk gerbang, entah kenapa teman-teman kerja gue ini seperti kesurupan. Semuanya berpencar, ada yang lari ke depan, ke samping, ada juga yang ke atas. Mereka terlalu excited untuk menikmati seluruh wahana yang ada. Kalo gue, sama sekali gak tertarik. Benar-benar sama sekali gak tertarik.

Gue dan beberapa teman yang –tidak tertarik untuk menikmati wahana- cuma nontonin mereka aja yang lagi naik ini itu, sambil sesekali menjadi photographer dadakan. Kampretnya, manager gue ngeliat kita-kita yang ogah nyobain wahana ini. Akhirnya, dibuatlah peraturan; kalau mau dapet makan siang, minimal harus naik 3 wahana yang berbeda. Karena gue anaknya laperan banget dan ketakutan gak dapet makan siang gratis, akhirnya gue memutuskan untuk naik; Niagara, Ontang anting dan Halilintar.

Pertama; Niagara
Di wahana ini, kita naik ke dalam satu perahu. Tiap perahu menampung sekitar 5-6 orang. Setelah terisi, perahu mulai jalan mengikuti jalurnya. Mungkin disini kita masih pada bisa cengengesan haha-hihi sampai tiba saatnya ngeliat tanjakan setinggi kurang lebih 30 meter di depan mata kemudian perahu yang kita tumpangi mulai naik secara perlahan namun pasti. Gue yakin banget muka kita udah pada gak berbentuk lagi lalu berantakan seketika perahu terjun ke bawah dengan ngebut. Basah.

Ke-dua; Ontang anting
Kalau yang ini, kita cuma duduk manis aja di atas kursi. Cuma, ketika udah jalan, pose duduk gak ada manis-manisnya sama sekali, ditambah kaki yang ngambang aja gitu gak ada pijakan. Awalnya sih emang pelan, lama-lama kok jadi cepet, yak. Udah gitu jadi agak melebar. Dibilang pusing, tapi lebih pusing denger alarm listrik kostan yang bunyi terus. Dibilang takut, tapi lebih takut kalo ketauan selingkuh sama pacar. Bawaannya pengin udahan aja, tapi takut diteriakin, “Kamu jahat banget sih, mutusin aku pas lagi sayang-sayangnya.”

Ke-tiga; Halilintar
Ini wahana paling brengsek dari yang sebelum-sebelumnya. Ketika lagi antri, yang muncul di pikiran gue saat itu adalah film Final Destination, dimana ada kecelakaan roller coaster, syit! Tapi sebagai cowok sejati, gue pantang mundur untuk ngelanjutin misi ini supaya bisa dapet makan siang gratis. Yang bikin lebih apes adalah, rombongan gue dapet gerbong pertama alias paling depan. Namun seperti kata pepatah; apa yang terjadi, terjadilah.

Setelah seat belt semua penumpang terpasang, setelah petugas menyatakan aman untuk dimulai, operator pun menekan tombol start. Dan inilah awal dari siksaan yang bertubu-tubi datang menghampiri.

Kereta mulai berjalan pelan, pelan sekali. Gue pasrah.

Kereta mulai berbelok ke arah kanan, kecepatan mulai bertambah karena di depan sudah terlihat tanjakan yang cukup tinggi. Gue pegangan lebih erat, seluruh doa dan surat pendek gue babat habis sambil komat-kamit. Mendadak relijius kaya lagi naik pesawat.


Entah keasikan baca doa atau saking paniknya, tiba-tiba gue udah ada di ujung tanjakan dan bener aja, “BLAAAAASSSSSS,” kereta turun dengan ngebut pake banget. Dari yang awalnya komat-kamit merapal doa, sampai cuma bisa mangap-mangap sambil tereak-tereak gak jelas, “HWOAAAAAAAAAAA,” “AAAAARRRRRRGGGHHHHHHH,” “AKUUUU TERLALUUUU BAIKKK UNTUUUKKK KAMUUUUUU.”

Badan gue muter-muter, kadang kepala gue ada di bawah, kadang kaki gue ada di atas, terus tiba-tiba aku bingung kenapa kamu ada di atas aku?! Hmm.

Sementara lagi ngurusin hidup masing-masing untuk bertahan dari cobaan duniawi ini, tetiba terdengar suara setengah teriak setengah merintih, “Hwooaarggghhhh.. blup blup blup.. Hwoarrrggghhh.. blup blup blup..” Ternyata teman gue yang duduk di arah serong depan muntah. Untungnya kejadian ini terjadi setelah beberapa detik terakhir sebelum kereta masuk stasiun lagi.

Setelah turun, gue berjanji dalam hati gak lagi-lagi gue naik beginian, deh. Ampuuuuuun!


Nah, sekarang gue mau ngasih tantangan untuk kalian. Caranya gampang banget! Cukup bikin video yang berisi kegiatan atau olahraga extreme favorit kalian dengan durasi maksimal dua menit lalu upload ke Youtube. Untuk informasi lebih lanjut, kalian bisa intip persyaratan kompetisinya ini di sini.

Periode kompetisi ini berlangsung dari 14 September 2015 sampai dengan 8 November 2015. Dan yang menang, bisa berangkat ke Maldives, cuy!

Terus, untuk kalian yang mau berbagi pengalaman extremenya ke gue, silakan tulis di comment box, ya. Ciaw!

1 comment: