#7HariMenulisTwitter [H-2] Twitter Buzzer

#7HariMenulisTwitter

Pernah baca tweet yang berisi promosi di jam-jam prime-time ga? Biasanya sih dari akun-akun yang followers-nya banyak, kaya artis atau selebtwit. Isi tweet-nya juga macem-macem. Dari yang jelas-jelas iklan, sampe yang dibungkus dengan kuis.

Awalnya gue mikir ini adalah tweet yang biasa.

Misalnya gue baru beli kulkas. Kemudian gue nge-tweet dengan ikhlas seperti ini :

“Brrr, baru beli kulkas nih, merknya Nokia. Enak deh, di dalemnya dingin banget kaya lagi di ruangan AC”

Tapi ternyata ngga. Jaman sekarang, banyak perusahaan memang menggunakan strategi ini. Menyewa akun Twitter yang followers-nya banyak. Kemudian nyuruh mereka nge-tweet dengan teks dan waktu yang udah ditentuin. Dan strategi ini cukup efektif. Yang paling penting, biaya yang dikeluarkan untuk strategi seperti ini jauh lebih murah dibandingkan dengan memasang iklan -misal- di televisi.

Tapi, si perusahaan juga ga bisa make sembarang buzzer buat promoinnya. Mereka harus pinter-pinter nyari buzzer yang sesuai dengan karakter dan harus jelas juga target marketnya.

Contoh kasusnya gini, merk obat penyubur rambut ga mungkin make Deddy Corbuzier untuk jadi buzzer. Buzzer-nya aja botak, gimana calon pembeli mau percaya kalo obatnya berkhasiat untuk nyuburin rambut.

Atau misalnya Dewa Budjana jadi buzzer perusahaan drum. Semua orang tau Dewa Budjana gitaris, kan ga lucu kalo dia ngiklanin merk drum.

Dan yang paling ga mungkin adalah ketika Saipul Jamil jadi buzzer untuk sebuah merk beha. Iya lah, Bang Ipul itu cowok. Jadi mana mungkin make beha.

Deddy Corbuzzer Corbuzier

(gambar diambil dari www.google.com)

Untuk masalah tarif, diliat dari jumlah followers dan seberapa efektifnya kinerja dari buzzer tersebut. Gue pernah googling, tarif rata-rata dari para buzzer ini mulai dari lima ratus ribu, sampai tiga juta per satu kali tweet. Ada juga yang dua juta sampai lima juta per bulan. Bahkan, ada yang lebih dari itu. Kalo mau harga lebih murah, bisa hanya dengan nge-retweet. Enak banget ya, cuma nge-tweet dan nge-RT doang tapi dibayar, gede pula bayarannya.

Sisi positif dari para buzzer adalah bisa mendapatkan uang dari perusahaan yang menggunakan jasanya.
Sisi negatifnya, followers suka sedih. Udah berhari-hari nungguin idolanya nge-tweet. Taunya isinya malah iklan.

Waktu itu gue pernah baca tweet dari @encebagus, tapi lupa detailnya. Intinya, sekarang dia bingung bedain Twitter dengan iklan baris Poskota.

Oya, gini-gini juga gue buzzer lho. Gue suka ngiklan brand clothing temen-temen gue. Tapi gue ga pernah dibayar, hahaha.

Dibawah ini adalah contoh buzz dari gue..

 Bantuin temen di #Jakcloth2012 kemarin..

 Bantu temen dengan ikhlas..

Clothing line temen-temen gue, di follow ya..

Sekali-sekali jadi buzzer untuk diri sendiri..

Buat warga Bekasi dan sekitarnya..

Gimana, cocok ga gue jadi buzzer?
Kalo ada yang mau nyewa gue buat jadi buzzer, gue siap kok. *uhuk*

Sampai jumpa di #7HariMenulisTwitter hari ke-tiga.

***

Krisna Pratama
@milikpribumi
milikpribumi[at]gmail[dot]com