Tuesday, January 15, 2013

Tawar Menawar Cewek-Cewek


Baru-baru ini gue menemukan dua fakta menarik seputar perempuan. Pertama, selain menstruasi, tanda-tanda seorang perempuan sudah memasuki fase dewasa adalah munculnya naluri tawar menawar harga secara alami, dan yang kedua, ada sebuah peraturan yang nggak tertulis untuk menjadi perempuan sejati, yaitu: harus bisa nawar harga sampai titik terendah. Lalu, perempuan yang bisa dapetin barang dengan harga serendah mungkin, maka ia makin disegani oleh perempuan-perempuan lainnya.

Bayangkan kalau budaya harakiri diaplikasikan ke dalam proses tawar menawar ini. Bila seorang perempuan gagal untuk menawar harga barang semurah mungkin, maka perempuan itu harus melakukan harakiri karena sudah dianggap mempermalukan diri sendiri. 

Seorang perempuan, sanggup ‘tawaf’ di sebuah pertokoan selama berjam-jam demi mendapatkan barang yang dia inginkan dengan syarat mutlak semurah mungkin. Mereka sanggup bergerak keluar masuk puluhan toko dalam satu hari. Misalnya, masuk toko pertama di lantai satu harganya Rp. 30.000, masuk toko kedua di lantai dua harganya Rp. 40.000, masuk toko ketiga di lantai lima harganya Rp. 32.000. Mereka lebih milih turun tangga dari lantai lima ke lantai dasar dan beli di toko pertama. Padahal selisihnya cuma dua ribu rupiah… DUA RIBU RUPIAH. Kalo udah kaya begini, cowoknya cuma bisa pasrah ngikutin dari belakang. Ngikutin dari belakang sambil bawain belanjaan yang segede gunung.

Pedagang, kalau calon pembelinya cewek-cewek, dengkulnya langsung lemes. Bukan lemes karena terpesona akan kecantikan si cewek. Tapi lemes lantaran ada hal buruk yang akan menimpanya. Semacam mendapatkan buah simalakama. Kalau dimakan, dagangannya laku tapi nggak dapet untung, kalau nggak dimakan, dagangannya nggak laku dan nggak dapet uang.

Salah satu trik cewek-cewek kalau lagi nawar barang adalah ‘pura-pura ninggalin’. Pura-pura ninggalin pedagangnya kalau harganya nggak cocok. Padahal, si cewek juga harap-harap cemas. Berharap dipanggil lagi sama pedagangnya. Dan yang harus kita akui bersama adalah bahwa perempuan itu punya daya tarik. Daya tarik yang mampu menghipnotis para pedagang yang kemudian akan ‘menarik’ kembali perempuan itu ke lapaknya dan membeli barang dagangannya walau pada akhirnya mereka hanya akan dapat untung tipis atau bahkan hanya dapat harga modal. Kesimpulannya, trik ini selalu berhasil.

Cewek, nggak cocok kerja di air dan di udara. Cewek-cewek itu cocoknya kerja di darat, jadi Polwan, bagian negosiator sama teroris. Cewek-cewek itu kalo nawar harga lebih sadis dari pembunuh bayaran.

Fenomena perempuan hobi menawar harga ini akan berbanding terbalik jika mereka akan menjual barang bekas ke tukang barang bekas.

Minggu kemarin, bokap gue ngejual barang bekas, seperangkat DVD player dan dua buah kipas angin. Setelah di cek sama abangnya, ketiga barang itu dihargain Rp. 30.000. Berarti harga masing-masing barang tadi Rp. 10.000. Bokap gue melongo, gue juga ikutan melongo. Kemudian kami saling berpandangan satu sama lain.

Yang gue tau, barang bekas/rusak yang dibeli oleh mereka itu nantinya akan diolah lagi. Kalau barangnya rusak, barangnya akan di service (selama masih bisa di service) kemudian dijual lagi. Kalau barangnya rusak total, mereka cuma ngambil beberapa komponen yang sekiranya masih bisa digunakan. Ujung-ujungnya tetep bakal dijual lagi dan pedagangnya bakal dapet untung.

Untuk kasus gue: DVD player, kerusakan ada di bagian tempat CDnya yang nggak bisa dibuka/tutup (CD rom). Kipas angin, dinamonya yang lemah.

Berikut ini adalah hasil hipotesa gue:
  1. Abang tukang barang bekas beli DVD player seharga Rp. 10.000 dan dua buah kipas angin seharga masing-masing Rp. 10.000.
  2. Biaya service CD rom Rp. 20.000. Dinamo kipas angin nggak diservice karena dia tau kalau disservice pun bakal rusak lagi.
  3. Modal total = Rp. 50.000.
  4. DVD player dijual kembali dengan harga Rp. 50.000. Dua kipas angin dijual secara terpisah (kawat dinamo – Rp. 5.000/kipas – Rp. 5.000/jari-jari – Rp. 5.000), masing-masing dikali dua. Total penjualan = Rp. 80.000.
  5. Total penjualan (Rp. 80.000) dikurang harga modal (Rp. 50.000) = Rp. 30.000.
  6. Maka, untung pedagang tersebut adalah Rp. 30.000. Setara dengan harga beli dia ke gue.
Naluri seorang ibu dalam bidang tawar menawar pun keluar dengan sendirinya. Nyokap berdiri dari sofa dan berjalan menuju teras rumah. Petir menggelegar, awan hitam menggulung, burung-burung beterbangan, dan angin bertiup kencang menjadi saksi proses tawar menawar ini.

Nyokap gue ngotot minta Rp. 50.000 untuk tiga barang, dan abang barang bekas tetap bertahan di angka Rp. 30.000. Setelah beberapa menit, abangnya make trik ‘pura-pura ninggalin’. Dia siap-siap ngegenjot gerobaknya. Pelan tapi pasti roda gerobak mulai berputar.

Gue yakin yang ada di pikiran abang itu adalah, “Dalam hitungan ke-tiga, gue pasti dipanggil lagi, nih. Satu… Dua… Tiii…”

Di teras rumah, gue bertiga diskusi. Persis seperti pedagang yang pura-pura ditinggal pergi sama calon pembelinya. Dengan berbagai pertimbangan –daripada barang tersebut cuma nyempit-nyempitin ruangan– akhirnya gue sekeluarga menerima harga segitu. Lagi-lagi, persis seperti pedagang yang pasrah dagangannya dibeli dengan harga modal.

“Bang… Ya udah deh nih, ambil.” Bokap teriak manggil abang-abangnya.

Abang-abangnya nengok sambil senyum. Kampret!

Dan pada akhirnya, hanya pedagang jual/beli barang bekas yang nggak mempan ditawar oleh perempuan.

Krisna Pratama
@milikpribumi
milikpribumi[at]gmail[dot]com

25 comments:

  1. Iya bener, kalo udah pura-pura ninggalin biasanya pedagang pada pengen nyekek leher masing-masing. Hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang lebih kampret kalo ga niat beli tapi cuma basa-basi nawar. Giliran udah dikasih, ga jadi beli.

      Delete
  2. jadi inget temen gue yg nawar cuma beda 5000 dari harga toko. Sinting.hehehe

    ReplyDelete
  3. udah lama ngga main ke blog ini,,

    kalo nawar harga semurah mungkin, kakak ane jago banget,

    di indonesia lagi, kalo satu suku di buat murah, tapi kalo pendatang di buat mahal... #true story

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener juga, sih. Oya, kakaknya cewek? Udah punya pacar?

      Delete
    2. *tepuk jidat tetangga...

      udah punya anak 2, kwkwkw

      Delete
  4. Lah aku cewek tapi kok nggak jago tawar menawar ya?
    Ada apa iniiiiii?

    ReplyDelete
  5. Haha sialan banget nih postingannya..

    Kalo dikeluarga gue yang super duper judesnya kalo lg nawar menawar kakak perempuan gue, beh pedagang kabur kali die dateng haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pedagang pada kabur kalo kakak lo dateng? Kakak lo Satpol PP?

      Delete
  6. pas baca judulnya kirain tentang tawar menawar harga j*bla* gan hahaha

    ReplyDelete
  7. emang masalah tawar menawar , cewek jagonya .. mulutnya banyak sih ahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cewek, jagonya nawar. Kalo jagonya ayam, cuma KFC.

      Delete
  8. hehehe emang jagonya nawar cewe :D

    ReplyDelete
  9. emang jagonya nawar, coba kalo di ajak kawin..*ehh...kita kawinya di gedung ini ya,,truss gaunya suru bikin am si anu tuh* (jlebbbb.....

    ReplyDelete

  10. mantap deh, sangat bermanfaat coment back ia and jangan lupa follow jga untuk mempererat pertemanan di dunia maya, ga comment n follow back kancut melayang:p

    ReplyDelete
  11. hahaha..
    namanya juga wanita.
    wanita sejati, bisa nawar sampai mati.. haha

    ReplyDelete
  12. Kalau buat dapetin jodoh juga mereka tawar menawar juga kah?

    ReplyDelete