Wednesday, December 19, 2012

Ngeband, Ga Beda Jauh Sama Pacaran!

♫ Cumaaaaa kamoooooooh... ♫

Ngeband, ga beda jauh sama pacaran. Sebelum jadian, ada beberapa tahapan dulu: 1) Pendekatan -- ke orang yang mau dijadikan personil, 2) Tembak -- ajak gabung di band kalo sesuai kriteria, 3) Jalanin semuanya bareng-bareng, baik suka maupun duka -- kalau diterima. Kalau ditolak, cari mangsa yang lain.

Ngeband, ga beda jauh sama pacaran. Dalam perjalanannya, kita harus bisa saling menghargai satu sama lain. Kita harus saling mengerti perasaan satu sama lain. Kita bisa saja merasa jenuh di tengah perjalanan yang kemudian mengambil langkah untuk vakum. Persis seperti sepasang kekasih yang sedang break untuk sekedar mengintrospeksi diri masing-masing.

Selingkuh, ga cuma ada di pacaran doang. Di band juga banyak terjadi fenomena perselingkuhan. Kalo dia merasa udah ga nyaman sama bandnya, dia bakal nyari ‘pengganti’ yang bisa bikin dia (lebih) nyaman. Atau, ternyata diluar sana banyak band yang udah suka sama dia dari lama. Kemudian, mereka masuk pada saat yang tepat. Mereka masuk tepat disaat dia sedang butuh teman baru. Teman yang siap mendengar segala keluh kesahnya selama ini. Keluh kesah yang ga mungkin ia ceritakan bersama orang yang lama. Mereka mulai masuk untuk menghibur. Mereka mulai masuk untuk menjadi pendengar yang baik. Mereka mulai masuk untuk membuat dia nyaman.


Selingkuh bersifat temporer. Selingkuh adalah pilihan, pilihan untuk meninggalkan yang lama lalu menjalankan kehidupan dengan yang baru, atau bertahan dengan yang lama tanpa mau kehilangan yang baru.
 
Ngeband, ga beda jauh sama pacaran. Kalau di band yang lama udah ga nyaman dan ga bisa dipertahankan lagi, secara otomatis dia bakal ninggalin lo, apalagi kalau udah ada penggantinya. Dan yang ditinggalkan harus bisa menerima kehilangan itu.

Ada dua cara ketika lo akan ditinggalkan, 1) Dengan cara baik-baik, 2) Dengan cara tidak baik-baik. Tapi, sebaiknya kalau mau ninggalin dengan cara baik-baik. Kita juga harus bisa menjaga silaturahmi dengan mantan teman band kita.
  
Pada saat ini terjadi, cuma ada dua pilihan untuk band yang ditinggalkan: 1) Move on – dengan mencari personil lain agar band tetap bertahan, atau 2) Gagal move on – berharap dia yang sudah pergi akan kembali lagi ke pelukan kita. Dan biasanya, ini yang menghambat sebuah band akan terus berkibar atau enggak.

Sekali lagi, ngeband ga beda jauh sama pacaran.

Sekarang, bukan saatnya untuk mencari siapa yang salah dan siapa yang paling benar, tapi, apa aja sih yang bisa ngebuat seseorang jadi ga nyaman lagi dalam sebuah band.

Setelah melakukan penerawangan dari mata batin gue, ada beberapa kemungkinan yang bisa ngebuat kita, lo, dan mereka melakukan perselingkuhan atau memutuskan tali cinta di band.

  • Perbedaan selera musik.
Setiap hari, referensi musik yang kita dengar selalu bertambah. Di satu sisi, kita mau banget musik yang lagi kita suka di aplikasikan ke dalam bandnya, di sisi lain, karakter bandnya ga sesuai dengan musik yang dia pengin. Masa musik metal mau digabung sama musik keroncong. Memang ga bisa dipungkiri, perbedaan selalu menjadi salah satu alasan kandasnya sebuah hubungan.

    • Kesibukan lain yang lebih penting.
    Kalau udah ngomongin kesibukan, berarti ngomongin waktu. Kalau udah ngomongin waktu, berarti ngomongin intensitas pertemuan. Waktu untuk bertemu, waktu untuk berkumpul, dan waktu untuk ngebahas mau dibawa kemana band ini. Sebagian pasangan juga kandas karena perkara waktu, jarang berkomunikasi dan bertemu sehingga terjadi miss komunikasi.

    • Pemimpin yang arogan.
    Dalam sebuah band, biasanya ada seorang yang menjadi penggerak. Biasanya juga, dia yang ngediriin bandnya. Untuk menjadi seorang leader di dalam sebuah band, hendaklah bersikap bijaksana. Kalau ada masalah, selesaikan dengan kepala dingin. Perempuan sangat sensitif, ia akan meninggalkan tipe cowok seperti ini. Egois, kasar, dan ga pernah mengerti perasaan pasangannya.

    • Target yang ga jelas.
    Pacaran aja targetnya harus jelas: menikah, punya anak, dan hidup bahagia di sebuah rumah kecil di pinggir danau. Ngeband juga harus punya target: bikin album, albumnya laku keras, terkenal, banyak fans, pacaran sama fans, menikah, punya anak, hidup bahagia di sebuah rumah kecil di pinggir danau. Mungkin, mereka yang lebih memilih selingkuh atau putus dari band karena band yang sebelumnya ga punya target yang jelas. Gitu-gitu aja.

    • Orang tua ga setuju.
    Gue yakin banget sama sekali ga ada orang tua ngomong ke anaknya yang masih bayi, “Nak, kalau kamu udah gede, kamu jadi anak band aja, ya!” Setiap orang tua, berharap anaknya kelak menjadi orang yang sukses. Seperti menjadi seorang dokter, presiden, atau pengusaha. Namun, mereka yang dilarang ngeband oleh orang tua, ga jarang mereka tetap ngeband diam-diam. Ngebandnya backstreet.

    Berhubung penerawangan melalui mata batin ini membutuhkan energi yang cukup besar, gue cuma bisa melihat lima hal doang. Kalau dari kalian ada yang mau nambahin, silakan isi di box komentar, ya.

    Sampai jumpa di postingan mendatang. Gue mau isi ulang energi dulu, ya.

    Krisna Pratama
    @milikpribumi
    milikpribumi[at]gmail[dot]com

      8 comments:

      1. settubuh gan. Ngeband itu sama kaya pacaran.. Nice Post

        ReplyDelete
      2. emang mirip sih. tapi kenyataannya, kalo cwok suka ngeband lg galau sm pacarnya, pasti pelariannya ke ngeband hhe

        ReplyDelete
      3. Kalo lagi anget-angetnya pacaran, ada juga yang ninggalin bandnya. Dan ini kenyataan juga. :)

        ReplyDelete
      4. Haha.. emang sih tpi kalo menurut saya ngeband lebih mudah bro soalnyagak ada deg-deg'an sama tembak-tembakan haha

        ReplyDelete
        Replies
        1. Tembak-menembak ada, ketika kita nawarin gabung di band. Kan ada di paragraf pertama. Bacanya loncat-loncat, ya? :))

          Delete
      5. aku pernah punya mantan yang anak band, dia bilang kalau ngurus band lebih sulit dari pacaran, karena kalau pacaran kan menyatukan visi antara 2 kepala, sedangkan kalau band rata2 dah ada 4 sampai 6 kepala, makin banyak kepala makin banyak konflik

        ReplyDelete
      6. Iyaa kayaknya emang gitu juga sih analoginya keren :D

        ReplyDelete