Thursday, November 22, 2012

One Stop Entertainment di Jembatan Penyeberangan


Kemarin sore, gue sempet liat berita yang ngebahas peninggian separator busway jadi 50 cm. Alasannya, untuk ngurangin angka kecelakaan di jalur busway.

Ekspektasi : Ga ada lagi masyarakat yang nyeberang di jalur busway karena separator setinggi 50 cm akan menyulitkan mereka sehingga mereka akan menyeberang dengan menggunakan jembatan penyeberangan.

Kenyataan : Masih banyak masyarakat yang mengangkangi separator busway.

Dirombaknya separator busway menjadi setengah meter, belum mampu untuk merubah kebiasaan masyarakat yang hobi nyeberang melewati jalur busway.


Sumber gambar : Google
Setengah meter itu cetek, bos! Apalagi untuk anak kecil yang suka main lompat karet. Mereka biasa dan sudah terlatih untuk melompati rintangan yang sejajar dengan kepala atau bahkan satu jengkal di atas kepala mereka. Setengah meter is nothing!

Tinggi separator yang setengah meter itu ga mempan buat menghadang masyarakat yang mau nyeberang jalan. Menurut gue, kalo mau ampuh, separatornya dibikin setengah lingkaran, mirip terowongan di Sea World. Niscaya ga bakal ada orang yang nyeberang lagi. Gimana mau nyeberang kalo mereka harus manjat tembok dulu. Atau, separatornya dililit kawat duri. Jadi sepanjang jalur busway dibikin semacam terowongan dan luarnya dikasih kawat duri. Keren!

Intinya, mau setinggi apapun itu separator, yang paling penting adalah kesadaran dari individu-individunya dulu.

Reporter : “Ibu kenapa nyeberang di sini? Ini kan jalur busway. Kalo mau nyeberang lewat jembatan penyeberangan.”
Ibu-ibu : “Jembatannya kejauhan.”

Tiba-tiba gue berkhayal andaikan gue yang diwawancara.

Reporter : “Mas, apa pendapat mas tentang jembatan penyeberangan.”
Gue : “One stop entertainment!”

Kita lupakan sejenak berbagai kasus kejahatan yang terjadi di atas jembatan penyeberangan.

Jembatan penyeberangan adalah salah satu fasilitas publik yang menggunakan konsep one stop entertainment. Kenapa? Karena selama kita berjalan di atas jembatan penyeberangan, sadar atau tidak sadar, kita akan disuguhkan oleh berbagai macam hiburan. 

Ada pengamen yang bernyanyi dengan alat musik gitar, ada pengamen instrumental yang memainkan alat musik biola, dan ada pengamen yang ngotot nyanyi dengan alat musik custom, yakni botol Yakult yang diisi pasir.

Sebentar lagi mungkin juga kita bisa nikmatin karya para pelukis pasir di jembatan penyeberangan.

Sumber gambar : Google
Sumber gambar : Google
Kemudian juga, kita dapat membeli cinderamata khas jembatan penyeberangan untuk kenang-kenangan, seperti : lem besi, gunting kuku, atau obat penyubur rambut. Ada banyak penjual cinderamata di atas jembatan penyeberangan. Dari yang sopan sampai yang maksa, dari yang bisa ditawar sampai yang harga pas juga ada. ♫ Semuaaa ada di siniii… di jembataaan… rumah kitaaa ♫

Nah, kalo lagi beruntung, kita juga dapat menikmati sirkus… sirkus motor yang bisa berjalan diatas jembatan penyeberangan. Pemain sirkusnya, seekor monyet yang pake kostum manusia.

Krisna Pratama
@milikpribumi
milikpribumi[at]gmail[dot]com

5 comments:

  1. setuju! kalo ga ada kesadaran, sama aja boong. tapi itu dia, masyarakat sini agak susah dibilangin sih. tapi kadang2 di jembatan penyebrangan itu rada serem juga. apalagi kalo lagi sepi. hahaha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Justru itu, postingan ini ga ngebahas yang serem-serem biar masyarakat ga takut lagi denger kata 'Jembatan Penyeberangan'. :p

      Delete
  2. Harusnya separator buswaynya dijagain sama pasukan berkuda, baru aman. Dan tu komplit juga ya, lama-lama tukang nasi goreng ada di jembatan penyebrangan nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener juga, nih. Pasukannya juga lengkap dengan armornya. \m/

      Delete
  3. wah.. kayaknya harus di tertibin tuh.. apalagi simonyet berbaju manusia. nanti kalau penjualnya ketabrak gitu gimana? nanti jomblo lagi.. nanti sendiri lagi... emang jomblo itu antik

    ReplyDelete