Menjadi Seorang Teman

Punya teman nongkrong yang sekaligus teman kerja itu asik banget. Pada saat jam kerja, kita menjadi partner kerja dan pada saat diluar jam kerja, kita bisa gila-gilaan bareng. Rasanya pasti seru. Meeting kerjaan bareng, makan siang bareng, karaokean bareng, cuma mandi yang harus sendiri-sendiri. Lalu sebagian orang beruntung seperti mereka itu akan memberi nama ‘Partner In Crime’ di folder foto mereka.

Sayangnya, ga semua teman bisa seperti itu. Bisa menjadi teman nongkrong yang asik dan bisa menjadi rekan kerja yang baik. Teman yang asik buat diajak seru-seruan bareng dan teman yang selalu menyemangati dikala kita baru saja kena semprot si bos. 

Teman berbeda dengan sahabat. Menurut teori sepertemanan gue, teman itu dibagi dua : 1) Teman main, 2) Teman kerja, 3) Teman mesra banget.

Ada teman yang asik banget, tapi cuma sebatas hanya jadi teman nongkrong. Karena belum tentu asik buat jadi teman kerja. Begitupun sebaliknya. Kalaupun ada, perbandingannya hanya sedikit. Padahal yang gue tahu, salah satu kenikmatan surga dunia adalah mandi air panas setelah kehujanan. Dan memang kalimat terakhir ga nyambung. 

Setiap orang punya karakternya masing-masing. Dan karakter semua orang itu, berbeda-beda.

Gue punya teman, sebut saja namanya Nazarudin. Gue kenal dia di tempat kerja. Nazarudin adalah tipe teman yang (menurut gue) sangat asik buat jadi teman kerja. Pekerja keras dan berinisiatif tinggi, jadi gue dan dia bisa saling back up. Sekompak-kompaknya gue sama Nazarudin, ya cuma di tempat kerja doang. Gue dan Nazarudin ga cocok kalo buat jadi teman nongkrong. Karena banyak perbedaan dan beberapa hal lainnya yang bikin gue ngerasa kurang cocok sama dia kalo di luar jam kerja. Kesimpulannya, kalo bareng dia di luar jam kerja suasana jadi kaku. Karena obrolan gue dan dia ga pernah nyambung. Salah satu contoh perbedaannya adalah selera humor, dan dia orang yang ga punya selera humor sama sekali. Jadi misalnya dia nanya apa dan gue jawabnya bercanda, dia bakal nanggepin dengan serius. Halo Nazarudin, situ serius mulu kek lagi ijab kabul.

Nazarudin bertolak belakang dengan Amir, teman nongkrong yang (menurut gue) sangat ga asik buat jadi teman kerja. Kenapa? Ya karena gue dan Amir memang ga cocok untuk jadi teman kerja. Obrolan gue dan Amir nyambung banget. Ngomongin musik, oke. Ngomongin percintaan, oke. Kadang, hal yang ga penting juga bisa jadi perbincangan yang menarik untuk kita berdua. Waktu itu gue berdua pernah ngebahas mantra-mantra ilmu debus di 7 Eleven Pondok Bambu. Obrolan kampret yang bikin kita berdua diliatin sama orang-orang karena saking hebohnya. Kemudian kita berdua foto-foto dan di-upload ke folder ‘Partner In Crime’.

Seorang teman lama pernah bercerita ke gue. Dia bingung harus berbuat apa ketika seorang temannya yang kebetulan merangkap sebagai teman nongkrong dan teman kerja. Dia mengeluhkan karena temannya itu sering kasus di kantornya. Sering telat, sering ga masuk, korupsi jam istirahat, dan sebagainya. Otomatis, teman gue tadi mendapat imbas ‘ga enak’ ke atasannya karena dia yang merekomendasikan teman nongkrongnya tadi untuk bergabung di perusahaannya. 

Memang, sebagai teman yang baik, seharusnya dia memberi semacam teguran untuk temannya. Bisa dengan obrolan atau apapun itu. Tentunya dengan cara dia sendiri. Karena dia yang paling paham betul karakter temannya seperti apa. Di lain pihak, temannya juga harus bisa menerima. Katanya teman, berarti kita harus saling menghargai satu sama lain dalam porsinya masing-masing. 

Tapi, ga semua orang bisa melakukan hal seperti itu. Dan teman gue termasuk orang yang sangat memilih untuk menjaga hati demi kelangsungan hubungan pertemanannya itu. Alasannya standar, “Gue ga enak ngomongnya.”

Ga banyak yang dapat teman gue lakukan selain ngebatin. 

Tulisan ini dibuat bukan untuk menjelekkan satu sama lain. Tapi ini adalah kegelisahan yang ada di sekitar kita. Ini memang kenyataan yang harus gue, lo, dan kita semua bisa terima bahwa teman sepermainan belum tentu asik bila menjadi teman kerja.

Krisna Pratama

@milikpribumi

milikpribumi[at]gmail[dot]com