Baru-baru ini gue menemukan dua fakta menarik seputar
perempuan. Pertama, selain menstruasi, tanda-tanda seorang perempuan sudah memasuki
fase dewasa adalah munculnya naluri tawar menawar harga secara alami, dan yang
kedua, ada sebuah peraturan yang nggak
tertulis untuk menjadi perempuan sejati, yaitu: harus bisa nawar harga sampai
titik terendah. Lalu, perempuan yang bisa dapetin barang dengan harga serendah
mungkin, maka ia makin disegani oleh perempuan-perempuan lainnya.
Bayangkan kalau budaya harakiri diaplikasikan ke dalam
proses tawar menawar ini. Bila seorang perempuan gagal untuk menawar harga
barang semurah mungkin, maka perempuan itu harus melakukan harakiri karena sudah
dianggap mempermalukan diri sendiri.
Seorang perempuan, sanggup ‘tawaf’ di sebuah pertokoan
selama berjam-jam demi mendapatkan barang yang dia inginkan dengan syarat
mutlak semurah mungkin. Mereka sanggup bergerak keluar masuk puluhan toko dalam
satu hari. Misalnya, masuk toko pertama di lantai satu harganya Rp. 30.000,
masuk toko kedua di lantai dua harganya Rp. 40.000, masuk toko ketiga di lantai
lima harganya Rp. 32.000. Mereka lebih milih turun tangga dari lantai lima ke
lantai dasar dan beli di toko pertama. Padahal selisihnya cuma dua ribu rupiah…
DUA RIBU RUPIAH. Kalo udah kaya begini, cowoknya cuma bisa pasrah ngikutin dari
belakang. Ngikutin dari belakang sambil bawain belanjaan yang segede gunung.