Friday, May 20, 2016

Cinta Bersemi di Ruang Gelap

Di tengah hiruk pikuknya kota metropolitan dengan segudang aktifitasnya, kita perlu asupan hiburan yang seimbang agar kehidupan tetap stabil. Film adalah salah satu bentuk hiburan yang paling sederhana. Tak perlu berburu tiket promo, apalagi repot-repot Twitpict gambar bagpack lengkap dengan caption, "Packing!"

Jaman sekarang, film bisa dinikmati kapan saja dan dimanapun. Secara tukang kaset DVD bajakan sudah merajalela bak pedagang tahu bulat. Udah ada kaset DVD bajakan tapi males buat beli karena sayang uangnya buat bayar kostan, di internet juga udah banyak banget website yang nyediain link untuk download film. Kalau download aja masih males, streaming juga bisa kok. Nah, kalo streaming masih males juga, nyungsep aja bareng temen lo yang suka berenang di pantai pake celana jeans panjang.

Tapi, menurut gue pribadi, nonton film yang paling syahdu itu ya di bioskop. Karena lo bakal ngerasain esensi menonton film dengan seutuhnya di sana. Selain layarnya yang besar, audionya pun bakal ngemanjain kuping. Tanpa ada kepulan asap rokok, abu rokok yang berserakan di karpet dan tanpa suara alarm listrik kamar sebelah yang berbunyi nyaring karena ditinggal sang tuan rumah yang sedang piknik ke luar kota.

Esensi menonton film itu dimulai ketika lo berada di antrian loket tiket yang mengular, berinteraksi dengan banyak orang sekalipun tak saling mengenal, sementara di ujung lorong terlihat sepasang kekasih sedang asik menikmati popcorn dengan segelas minuman bersoda.

Setelah itu, esensi yang hanya bisa kita dapatkan di gedung bioskop adalah di dalam theatre. Akan tiba waktunya, beberapa menit setelah film dimulai, selalu ada penonton yang masuk diantar oleh mba-mba tanpa jaket dan kupluk yang membawa senter. Sementara film sedang berlangsung, akan selalu ada suara ponsel yang berdering, padahal sebelum pemutaran film selalu ada peringatan bahwa handphone harus dimatikan, atau minimal diubah menjadi modus senyap.

Ketika film sudah mencapai klimaksnya, disela-sela gemuruh audio yang stereo, pada puncak pendingin ruangan yang tak tertahan, akan ada dua telapak tangan yang saling menggenggam dalam hening, rangkulan mesra penuh kehangatan, dan kepala-kepala yang terlihat lebih rendah dari bangkunya.

Sudah berapa banyak cinta bersemi di ruang gelap?

No comments:

Post a Comment